- heru prasetyo

Breaking

heru prasetyo

BELAJAR SEJARAH 1/3 BELAJAR AGAMA ILMU, CAHAYA dan AKAL

Header Ads

test banner

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Minggu, 31 Agustus 2008

PENGAGUNGAN TERHADAP SUNNAH


Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam, yang mengeluarkan segala yang hidup berdasarkan hikmahnya, yang memberikan pertolongan pada siapa saja yang meminta padanya, yang dia kehendaki. Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb pemberi cahaya petunjuk pada setiap jiwa yang semula gelap.
Segala puji hanya milik Allah SWT, kita memuji, memohon pertolongan, memohon ampunan dan berlindung kepada-Nya dari setiap kejahatan diri, terkotorinya niat serta amalan kita.
Barang siapa yang Allah beri hidayah kepadanya, maka tidak akan ada yang mampu menyesatkannya. Dan barang siapa Allah telah sesatkan, maka tidak akan ada yang bisa memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang tlaq kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Rosul-Nya.
Sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jelek perkara adalah perkara baru (yang tidak ada contohnya) dan setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
Rasulullah SAW telah bersabda :
لاَيُوّْ مِنُ أَحَدُ كُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَّ الِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ
(HR Imam Bukhari (15), Muslim (70) )
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu, sampai aku lebih dicintai kepadanya dari pada orang tuanya, anaknya dan manusia semua”.

Dan para sahabat r.a. telah melakukan hal ini dan mereka berjalan di atasnya, sehingga mereka adalah orang-orang yang taat dan mencintai Rosulullah SAW. Dan jadilah sunnah beliau serta perkataan dan petunjuk beliau, lebih mereka dahulukan atas segala sesuatu. Perkataan Rosulullah SAW adalah paling utama, tidak didahulukan atasnya perkataan seorangpun dari kalangan manusia, bagaimanapun keadaannya.
Dengan itulah mereka menjaga sunnah dari tipu daya orang-orang yang mengadakan permusuhan. Dan mereka telah menegakkan kewajiban nasehat untuk Rosulullah SAW kemudian datanglah setelah mereka para tabi’in yang berjalan di atas mereka seperti yang telah mereka lakukan. Sampai ketika zaman telah jauh dan semakin panjang serta melemahnya keimanan dan banyaknya kemaksiatan dan kemunafikan serta sedikitnya sikap wara’, semakin beranilah kebanyakan manusia untuk berkata dan berbicara, sehingga berkata segala sesuatu dengan hawa nafsunya, dan berbicara dengan apa yang tidak diridhoi Allah SWT dan Rosul-Nya SAW.
Datanglah kita di zaman ini, zaman fitnah yang sebagian merendahkan atas sebagian yang lain, maka kita melihat keanehan dan perkara-perkara yang sangat besar, perkara-perkara yang tidak bisa membuat seseorang untuk diam terhadapnya. Diantara perkara-perkara tersebut adalah PELECEHAN dan PEROLOK-OLOKAN TERHADAP SUNNAH An Nabawiyah, serta menentangnya dengan perkataan-perkataan dan pemikiran-pemikiran baik dengan di sadari maupun tanpa disadari, baik dengan maksud maupun tanpa maksud. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam At-Taubah 65-66.
ö@è% «!$$Î/r& ¾ÏmÏG»tƒ#uäur ¾Ï&Î!qß™u‘ur óOçFYä. šcrâäÌ“öktJó¡n@ ÇÏÎÈ Ÿw (#râ‘É‹tG÷ès? ô‰s% Länöxÿx. y‰÷èt/ óOä3ÏY»yJƒÎ)
“ ....... Katakanlah : "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu cari alasan, karena kamu kafir sesudah beriman......”

$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#þqãèsùös? öNä3s?ºuqô¹r& s-öqsù ÏNöq¹ ÄcÓÉ<¨Y9$# Ÿwur (#rãygøgrB ¼çms9 ÉAöqs)ø9$$Î/ ̍ôgyfx. öNà6ÅÒ÷èt/ CÙ÷èt7Ï9 br& xÝt7øtrB öNä3è=»yJôãr& óOçFRr&ur Ÿw tbrâßêô±s? ÇËÈ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara nabi, dan janganlah kamu Berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. (Al-Hujarat : 2)

Berkata Ibnu Qoyyim dalam mengomentari atas ayat ini :
“Maka Allah SWT memperingatkan kaum mukminin dari gugurnya amalan-amalan mereka dengan mengeraskan suara kepada Rosulullah SAW sebagaimana sebagian mereka mengeraskan suara atas sebagiannya. Dan bukanlah hal ini menunjukkan kemaksiatan yang dapat menggugurkan amal, sedangkan pelakunya tidak merasakan (menyadari)nya.”
Maka bagaimana terhadap orang yang mendahulukan atas perkataan Rosul SAW dan petunjuk serta jalannya dengan perkataan yang selain beliau dan selain petunjuk serta selain jalannya ?
Dari Irbadh bin Saariyah r.a, dia berkata Rasulullah SAW telah memberikan nasehat kepada kami dengan suatu nasehat yang menggetarkan hati-hati dengannya, dan yang mencucurkan air mata dengannya. Maka kami berkata : “Wahai Rasulullah seakan-akan nasehat itu adalah nasehat orang yang akan berpisah. Oleh karena itu, berilah nasehat kepada kami !!! Beliau berkata : “Aku nasehatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dan mendengar serta taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak. Maka sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara kalian, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rosyidiin yang mendapat petunjuk setelahku, gigitlah oleh kalian atasnya dengan gigi geraham. Dan berhati-hatilah kalian dari perkara-perkara yang baru (yang tidak ada contohnya dari Rasul SAW), karena sesungguhnya setiap kebid’ahan adalah sesat” HR. Abu Daud (4607) dan Tirmidzi (2676), serta Ibnu Majjah (44).
.a.hidiq rS Berkata Abu Bakar Ash
لَسْتُ تَارَكًاشَيْئًاكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَمْ يَعْمَلُ بِهِ إِلاَّعَمِلْتُ بِهِ وِإِنِي لأَ خْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أًزِيْغَ

“Tidaklah aku meninggalkan sesuatu perbuatan yang Rasulullah SAW telah melakukannya, melainkan aku selalu melakukannya. Dan sesungguhnya aku takut jika aku meninggalkan sesuatu dari perintah-Nya, aku akan menyimpang (sesat)”

Ibnu Bathoh mengomentari hal ini dengan berkata : “Wahai saudaraku …. ini Ash Shidiqul Akbar, beliau merasa takut terhadap dirinya dari penyimpangan jika beliau menyelisihi sesuatu dari perintah nabinya SAW. Maka bagaimana pula terhadap suatu zaman yang masyarakatnya telah menjadi orang-orang yang memperolok-olok nabi mereka serta perintah-Nya, dan bangga dengan sesuatu yang menyelisihinya, serta bangga dengan pelecehan sunnahnya ? Kita meminta kepada Allah SWT agar terjaga dari ketergelinciran dan memohon keselamatan dari amalan-amalan yang jelek”. (Al Ibanah : 1/246)

Berkata umar bin Abdul ‘Aziz r.a. :
“Tidak ada pendapat siapapun di atas suatu sunnah yang Rasulullah SAW telah menjalaninya” (I’laamul Muwaaqi’in (2/282)

Dari Abi Qilaabah dia telah berkata :
“Jika kamu mengajak berbicara kepada seseorang dengan sunnah, kemudian orang tersebut berkata : “Tinggalkan ini dan berikan padaku kitab Allah (saja)”, maka ketahuilah bahwa dia adalah orang yang sesat !!” (Thobaqat Ibnu Sa'd : 7/184)


Adz Dzahabi mengomentari hal ini dengan perkataan beliau :
“Apabila kamu melihat seorang Ahlul Kalam dan bid’ah berkata : “Tinggalkan kami dari Al-Kitab dan hadist-hadist Ahad, dan berikanlah padaku (secara) akal”, maka ketahuilah bahwa dia adalah Abu Jahal. Dan apabila kamu melihat As Saalikut Tauhidi (salah satu tingkatan dalam sufi) berkata : “Tinggalkan kami dari Nash-nash dan dari akal, dan berikanlah padaku (secara) perasaan dan naluri”, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya iblis yang telah menampakkan diri dalam bentuk manusia atau telah menyatu dengannya, maka jika kamu takut darinya, larilah !. Jika tidak, ajak berkelahi dan dudukilah dadanya kemudian bacakan padanya Ayat Kursi dan cekiklah !! (Siyar A’laaminu Balaa’ : 4/472).

Berkata Asy Syafi’i rahimahullah :
“Kaum muslimin telah bersepakat (ijma’), bahwa barangsiapa yang telah jelas baginya Sunnah Rasulullah SAW, maka tidak dihalalkan baginya untuk meninggalkan sunnah tersebut dikarenakan perkataan seseorang (siapapun) !” (I’laamul Muwaaqi’in : 2/282)

Imam Syafi’i pernah ditanya tentang suatu permasalahan, maka beliau mengatakan : “Telah diriwayatkan tentang hal tersebut demikian dari Nabi SAW”. Maka, orang yang bertanya tersebut berkata : Wahai Abu Abdullah …. Apakah kamu berkata (berpendapat) dengannya (dengan hadist tersebut) ? Maka, Imam Syafi’i gemetar (karena marah) dan nampak urat lehernya, kemudian beliau berkata : Kamu …. bumi manakah yang akan kupijak dan langit manakah yang akan menaungiku jika telah ku riwayatkan suatu hadist dari Nabi SAW, kemudian aku tidak berkata dengannya ?! Ya ! (kata beliau), wajib bagiku dengan pendengaran dan penglihatan” (Shifatus Shofwah : 2/256)

Berkata Ahmad bin Hambal :
“Barangsiapa yang menolak suatu hadist nabi SAW, maka dia berada di pinggir jurang kehancuran” (Thobaqot Al Hanabilah : 2/15, Al Ibanah : 1/260)

Berkata Abu Al Qosim Al Ash Bahani :
“Telah berkata Ahlus Sunnah : Apabila seseorang telah mencerca Atsar, maka sudah pantas baginya untuk diragukan ke-Islamannya” (Al Hujjah Fii Bayaniil Mahajjah : 2/428)

Berkata At-Taimi : “Hendaklah seseorang itu merasa takut untuk menganggap ringan terhadap sunnah-sunnah serta tempat-tempat yang seharusnya dia itu Tawaqquf (diam). Maka lihatlah terhadap apa yang telah sampai kepada orang tersebut akibat dari kejelekan perbuatannya !” (Bustanul’Aarifin Lin Nawawi hal 94)

Adapun salah satu Sunnah Rasulullah SAW adalah memelihara jenggot.
Bukhori meriwayatkan dalam sohihnya. Dari Umar r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda:
اَنْهِكُوْاالشَّوَا رِبُ وَأَعْفُوْاعن اللِّحَر (البحارى و مسلم)
“Bersungguh-sungguhlah kalian dalam mencukur kumis dan peliharalah jenggot”
(HR. Bukhori, 10/351 Fathul Bari, Muslim 3/146-147, Syarah An Nawawi dengan lafalz : “Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot”).
جُزُوْا الشَّوَا رِبَ وَأَرْخُوْاالِلّمو وَفَالِفُوْا المَجُوْسَ (مسلم)
“Bersungguh-sungguhlah dalam mencukur kumis dan biarkanlah jenggot, dan selisihilah orang-orang Majusi” (HR. Muslim, 3/147, Syarah An Nawawi)
Ibnu Umar meriwayatkan dari Rasulullah SAW :
أَمَرَبِإِحْفَاءِالشَّوَارِبِ وَاِعْفَاءِالِّلحَّى (مسلم)
Rasulullah SAW memerintahkan untuk mencukur kumis dan memelihara jenggot (HR. Muslim, Syarah An Nawawi).

Berkata Ibnu Bathoh :
“Maka demi Allah …. wahai saudara-saudaraku …. berhati-hatilah kalian untuk duduk bersama orang yang telah tertimpa fitnah, hingga hatinya menyeleweng, dan gelap pandangannya, yang memantapkan pertolongannya untuk kebathilan, maka dia berjalan tanpa arah seperti unta yang buta, meraba-raba di dalam kegelapan. Hindarilah agar tidak menimpa kamu, apa-apa yang menimpa mereka tersebut. Maka kembalikanlah kalian kepada pelindung kalian Yang Maha Mulia di dalam apa-apa yang Dia telah perintahkan kalian dengannya, yaitu agar kalian menyeru kepada-Nya. Dia juga telah menganjurkan kepada kalian untuk meminta kepada-Nya dari setiap permintaan. Maka katakanlah oleh kalian :
“Ya Rabb kami …. Janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami Rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imron:8) (Al Ibanah : 1/260)

Maaf Tuhan ….
Telah ku tegakkan segenap pesona
Hanya untuk memikat simpati-Mu
Tapi kerap melulu terjatuh bergelut
Dengan likuan dosa-dosa
Nur-Mu senantiasa redup
Kala curahan nafsu membasahi akalku,
Juga Kasih-Mu
Seakan kejahilan kembali menutupi bumi dengan selembar selimut-Nya
Buat aku terlelap, buat malaikat-Mu
Memukulku dengan segenap pesonanya
Mencoba mengajariku
Tapi Tuhan ….
Masih ada sisa anugerah berupa susunan do’a
Kuharap menjadi tempat bertemu
Pada akhir senja yang sengaja
Kau sisakan untukku
Diakhir firman-Mu
Rasanya telah terlalu senja,
Namun masih bisa diperbaiki
Segala kesalahan lalu
Seperti akhir firman Tuhanku



-- “By me” --

Tidak ada komentar:

Post Top Ad

Responsive Ads Here